Pada kunjungan ini, Presiden yang didampingi
oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy
dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin serta Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono ingin melihat lebih dekat pelayanan
kesehatan ibu dan anak.
“Pagi hari ini, saya datang ke Puskesmas
Toroh 1 di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, ingin memastikan bahwa Puskesmas
memiliki USG untuk cek kehamilan,” kata Presiden Joko Widodo.
Usai peninjauan, Presiden menyampaikan bahwa
secara keseluruhan pelayanan kesehatan ibu dan anak di puskesmas sudah bagus.
Puskesmas telah memiliki alat USG yang digunakan untuk deteksi dini masalah
kehamilan maupun masalah stunting atau kekurangan gizi kronis yang menyebabkan
bayi gagal tumbuh seperti bertubuh pendek dan berat badannya kurang.
“Tadi saya sudah cek sistemnya bagus, alatnya
ada dan ini sudah diberikan pada 10 ribu puskesmas di seluruh Indonesia. Kita
harapkan nanti semuanya punya USG sehingga kehamilan ibu dan kesehatan bayi bisa
dideteksi lebih dini dan semua datanya masuk ke pusat ke Jakarta, ini penting
untuk mengatasi stunting,” ucap Presiden.
Pemeriksaan USG di Puskesmas terhubung dengan
SATUSEHAT dan hasilnya secara otomatis diterima oleh ibu hamil melalui
Whatsapp. Seluruh data penimbangan balita dari Posyandu secara by name by
address juga sudah terhubung dengan Aplikasi Sehat IndonesiaKu (ASIK) di level
nasional dan hasil penimbangan balita diterima oleh orang tua secara otomatis
disertai dengan grafik pertumbuhan dan informasi status gizi balita. Dengan
demikian, setiap bayi dan anak yang berisiko-stunting atau sudah mengalami
stunting dapat diketahui sejak dini untuk selanjutnya diintervensi.
Selain alat USG di puskesmas, Presiden
mengungkapkan bahwa pemerintah juga melengkapi setiap puskesmas dan posyandu
dengan alat antropometri digital.
Alat yang berfungsi untuk menstandardisasi
pengukuran berat dan tinggi badan anak tersebut telah didistribusikan ke 300
ribu posyandu di seluruh Indonesia sejak 2022-2023.
“Juga memberikan timbangan bayi yang kita
berikan ke posyandu-posyandu, ada 300 ribu timbangan yang sudah kita berikan.
Yang sebelumnya tidak ada, semuanya sekarang diberikan timbangan. Untuk cek
berat badan bayi, panjang dan semuanya,” imbuh Presiden.
Dari pengukuran tersebut, nantinya diketahui
status gizi anak sejak dini, termasuk apakah kebutuhan gizinya telah terpenuhi
sesuai kebutuhan atau belum.
Dari status gizi tersebut, selanjutnya
dilakukan intervensi agar tidak menimbulkan sejumlah masalah gizi pada balita
seperti weight faltering atau berat badan tidak naik sesuai standar, berat
badan kurang, gizi kurang, gizi buruk, dan stunting.
Pertama, anak-anak yang mengalami weight
faltering apabila dibiarkan akan menjadi berat badan kurang (underweight) dan
berlanjut menjadi gizi kurang (wasted). Penanganan weight faltering adalah
dengan merujuk balita ke puskesmas untuk ditangani oleh dokter, diberikan
makanan tambahan kaya protein selama 14 hari, dan diberikan konseling oleh
dokter umum.
Kedua, gizi buruk terjadi karena kurangnya
asupan gizi yang mana anak tampak kurus. Kondisi ini apabila tidak segera
ditangani dapat mengganggu pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi tubuh.
Penanganan anak dengan gizi buruk adalah
dengan merujuknya ke puskesmas dan memberikan makanan tambahan kaya akan
protein hewani selama 90 hari. Namun, apabila balita memiliki indikasi penyakit
berat seperti jantung bawaan maka wajib dirujuk ke rumah sakit.
Ketiga, stunting adalah kondisi gagal tumbuh
yang menyebabkan berat dan tinggi anak di bawah rata-rata. Keadaan ini
diakibatkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama, yakni sejak dalam
kandungan hingga 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Penanganan anak stunting dengan merujuknya ke
rumah sakit untuk mendapatkan penanganan dokter spesialis anak serta konseling
dan pemberian PKMK (Pangan dengan Keperluan Medis Khusus) sesuai indikasi dan
resep dokter anak.
Sementara itu, untuk balita dengan berat dan
tinggi badan normal, tetap harus diberikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
lokal berisi protein hewani dan susu. Langkah ini bisa mencegah weight
faltering sampai dengan 54%.
Untuk pencegahan stunting di tahapan
selanjutnya, harus diberikan Pangan Olahan untuk Diet Khusus (PDK) seharga Rp
150 ribu selama 16 hari, yang bisa mencegah stunting 90%.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan
Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat
menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS
081281562620 dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik dr.
Siti Nadia Tarmizi, M.Epid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar